Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Wednesday, July 22, 2009

Jurus Jurus Pemula

Sebelum memilih topik, sebelum mencari bahan, sebelum menuangkannya dalam tulisan, setiap pengarang (calon penulis) perlu latihan. Seperti pelari ia membutuhkan jogging harian, maka pengarang pun membutuhkan buku harian. Dengan buku hariannya, pengarang berlatih menyusun kalimat bagus setiap hari. Meskipun setiap hari kita melihat langit, belum tentu bisa melukiskan sebagus-bagusnya dengan kata.

Untuk memulai, Anda boleh membuat buku harian. Dalam buku harian, kita bukan hanya belajar mencatat pengalaman dan pengetahuan, tapi juga menggunakan perasaan.

Buku Harian

Dari ranjang ke ranjang adalah bahan terbaik untuk buku harian. Artinya mulai dari kita bangun tidur, sampai nanti kembali tidur. Cerita itu bisa jadi novel. Bisa cerpen, puisi atau laporan ilmiah. Banyak gadis jadi tersohor karena buku-buku harian mereka. Misalnya Kartini dari Jepara, dan Anne Frank di Amsterdam. Buku harian kedua gadis itu membuka mata dunia, bahwa hidup terlalu berharga untuk lewat dalam pikiran.

Kecil atau besar hati manusia memang tercermin dalam buku hariannya. Kebesaran jiwa, keagungan cinta dan kemuliaan persahabatan hati juga tergambar jelas dalam buku harian kita. Tapi itu tidak berarti buku harian merugikan kita. Menulis buku harian, bukan berarti bunuh diri. Justru dengan menulis, kita membangun kepribadian, mengasah keterampilan menulis dan melatih kepekaan kepada kata-kata.

Korespondensi

Kalau mau lebih bagus lagi korespondensi adalah jawabannya. Menulis surat adalah latihan berkomunikasi, sekaligus membentuk kepribadian. Dalam menulis surat kita berlatih memilih dan memilah kata-kata yang pantas untuk pembaca. Dalam hal ini, pembaca bisa berarti teman dekat, ortu, guru, murid, kakek, pejabat maupun orang asing sekalipun yang belum pernah kita kenal di tempat yang jauh.

Tapi bagaimana caranya menulis surat? Langsung saja bicara. Siapa tahu surat Anda bisa menggagalkan rencana teman yang ingin bunuh diri. Siapa tahu pula surat Anda mendorong seorang lelaki yang patah hati jadi pemain bola sekelas Michael owen. Jadi, untuk bikin surat, langsung saja Anda menuliskan apa yang ada di benak. Jangan takut salah, dan pandai-pandailah memilih kata-kata yang cocok.

H.B. Jassin menulis ribuan surat untuk pengarang-pengaran Indonesia. Dengan surat ia membesarkan hati dan memberi semangat kepada penulis di negeri ini. Kumpulan suratnya bisa Anda beli di toko-toko buku terkemuka. Jassin seorang di antara penulis surat terbaik selain Iwan Simatupang dengan surat-surat politiknya, dan Leila Budiman dengan surat-surat psikologisnya. Ia mengasuh ruang konsultasi pribadi di harian KOMPAS setiap hari minggu.

Surat-surat Roosevelt kepada istrinya, Nehru kepada putrinya, Indira, termasuk kumpulan surat terlaris di dunia. Atau surat-surat Mariam Jamilah kepada Al Maududi itu juga merupakan surat yang mampu memberikan nuansa tersendiri kepada pembaca lainnya. Mengapa mereka bisa? Karena mereka mencintai bahasa.

Hobi Meneliti

Rasa ingin tahu yang melejit-lejit di masa kanak-kanak sebaiknya jangan sampai padam. Tragedi yang sering menimpa rakyat adalah terbunuhnya rasa ingin tahu. Seolah-olah kita bisa hidup tanpa informasi. Dalam lingkungan seperti itu, buku paling bagus pun tak ada gunanya.

Hobi meneliti bisa dikembangkan sejak kecil. Mengenal nama-nama pohon di sekitar rumah, misalnya. Juga menghitung anak tangga, tiang listrik, maupun jumlah jendela kamar di rumah sendiri. Perhatian pada hal-hal praktis sangat penting bagi pencinta ilmu pengetahuan. Dan apabila Anda ingin jadi pengarang, itulah langkah panjang untuk memulai.

Tanpa datang ke rumah dan membuka almari pakaian, seorang pengarang muda bisa tahu jumlah baju temannya. Coba saja diingat warnanya, dicatat dalam hati, dan diperhitungkan dengan diam-diam. Kalau dalam tempo tiga bulan Anda bisa mengenali warna-warna dan hari pemakaiannya, bagus. Bukan saja Anda betul-betul pemerhati yang agung, tapi juga calon peneliti dan pengarang unggulan.

Minat meneliti menentukan kedalaman dan luasnya jangkauan karangan kita. Sebelum menulis Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa, Y.B. Mangunwijaya mendalami masyarakat Maluku dan pola hidup maritim di sana. Begitu juga novel Para Priyayi Umar Kayam, yang ditulis dengan mengadakan berbagai penelitian dan dukungan perguruan tinggi di Amerika Serikat. Juga Ernest Hemingway yang rela mengarungi lautan, berminggu-minggu hanya untuk mengetahui secara jelas kehidupan di tengah laut sebelum menulis sebuah novel berjudul The Old Man on The Sea.

Investigasi, penyidikan, penelitian, barangkali dapat menjadi penyaluran positif bagi para pengintip. Tetapi jangan lupa, minat ini baru modal awal seorang penulis (pengarang). Masih perlu dilatih pula, bagaimana mengobral hasil temuan dengan sebaik-baiknya. Selamat mencoba![]

No comments:

Post a Comment